TRIF Gemakan Sholawat lewat Festival Banjari Se-Jatim
AkhbarUTM-Bangkalan. Kamis
10/10/2019. Dalam acara TRIF terdapat kompetisi Festival Banjari se-jatim,
dengan tema “Pemuda Cinta Sholawat Pemersatu Bangsa Dan Umat” dalam rangka TRIF
(Trunojoyo Islamic Festival) yang ke 5 dan juga Milad Fakultas Keislaman yang
ke 4. Acara diselenggarakan di Gedung Aula RKB-C.
Peserta yang mengikuti acara Festival Banjari sendiri
berjumlahkan sekitar 200 orang dari 19 grup. Dan untuk panitia Festival Banjari sendiri
ada 33 orang panitia.
Muhammad Handi Abdul Kholiq selaku Penanggung Jawab dari acara
Festival Banjari menjelaskan alasan mengusung tema Pemuda Cinta Sholawat
Pemersatu Bangsa Dan Umat tersebut karena “terbesit dikepala saya saat
rapat akhbar perdana, awal mula saat tragedi Surabaya anak papua itu, saya
ingin menjadikan sholawat sebagai pemersatu bangsa dan juga manjadikan
pemuda-pemuda cinta sholawat agar bisa menjadi icon perdamaian indonesia”
Tujuan dari diadakan Festival Banjari karena “Festival Banjari sendiri
sudah ada sejak tahun 2017 saat TRIF ditahun itu, sedangkan ditahun berikutnya
yaitu 2018 tidak ada Festival Banjari, maka dari itu kami ingin menumbuhkan
kembali Festival Banjari yang telah terhapuskan ditahun kemarin dan juga Al-Banjari
merupakan salah satu musik yang sangat digemari di jawa timur dengan hadirnya
habib syekh terutama sehingga masyarakat jawa timur menjadi cinta Al-Banjari
dan sholawat”. Tambahnya.
Konsep dalam pemilihan kemenangan Festival Banjari yaitu ada 6
kriteria, juara 1, juara 2, juara 3, harapan 1, harapan 2, dan yang terakhir
adalah jingle terbaik.
Fahrul santri Pondok Al- Khoziny Sidoarjo salah satu angota juara 1
mengatakan antusias saat ditanyai mengenai acara ini “saat mengikuti acara ini
saya sangat senang cuma ada keraguan karena waktu penampilan fikiran tidak
tenang dirasa terburu-buru saat menulis teks dan memanggil anggota dibawah yang
sedang siap-siap untuk penampilan, akhirnya penampilan itu tidak sesuai dengan
waktu latihan dan harapan kami. Banjari inikan merupakan musik yang harus
berkelompok jadi untuk latihan itu harus kompak karena jika salah satu anggota
tidak hadir bisa kesulitan, meskipun di awal saat mengumpulkan anggota untuk
acara festival banjari kami mengalami kesulitan karena kekurangan personil”
“untuk kendalanya sendiri itu adalah biaya karena kami mengikuti
ini bukan dibiayai oleh pondok kami tapi iuran dari masing-masing anggota
karena dari kami sendiri ingin menghidupkan kembali musik banjari di pondok”. Imbuhnya
Kendala yang dirasakan oleh pantia acara festival banjari sendiri
adalah dana, dana yang dibutuhkan sekitar 19 juta lebih sedangkan yang disediakan
oleh dana DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) hanya 1 juta. Dan juga untuk
tempat-tempat yang sedang direnovasi di kampus juga berimbas pada acara, karena
yang awal seharusnya di cakra harus pindah tempat setelah acara sudah mendekati hari
pelaksanaan tidak bisa digunakan karena renovasi tersebut. Tidak hanya disitu, untuk peserta di acara festival banjari ini kekurangan peserta. Menurut Penanggung Jawab dari festival banjari mengungkapkan “kami salah mengambil hari
yaitu mengadakan acara ini di hari aktif
sehingga pelajar, orang yang sudah bekerja yang ingin mgiikuti Festival Banjari
tidak bisa mendaftar”.
Acara tetap berjalan lancar meskipun panggung pentas dari Festival
Banjari roboh karena diterpa oleh angin sebelum acara dimulai, dan akhirnya di
pindahkan ke gedung Aula RKB-C. (Farhan/Indy)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda