Kamis, 10 Oktober 2019

TRIF Gemakan Sholawat lewat Festival Banjari Se-Jatim



AkhbarUTM-Bangkalan. Kamis 10/10/2019. Dalam acara TRIF terdapat kompetisi Festival Banjari se-jatim, dengan tema “Pemuda Cinta Sholawat Pemersatu Bangsa Dan Umat” dalam rangka TRIF (Trunojoyo Islamic Festival) yang ke 5 dan juga Milad Fakultas Keislaman yang ke 4. Acara diselenggarakan di Gedung Aula RKB-C.
Peserta yang mengikuti acara Festival Banjari sendiri berjumlahkan sekitar 200 orang dari 19 grup. Dan untuk panitia Festival Banjari sendiri ada 33 orang panitia.

Muhammad Handi Abdul Kholiq selaku Penanggung Jawab dari acara Festival Banjari menjelaskan alasan mengusung tema Pemuda Cinta Sholawat Pemersatu Bangsa Dan Umat tersebut karena “terbesit dikepala saya saat rapat akhbar perdana, awal mula saat tragedi Surabaya anak papua itu, saya ingin menjadikan sholawat sebagai pemersatu bangsa dan juga manjadikan pemuda-pemuda cinta sholawat agar bisa menjadi icon perdamaian indonesia”

Tujuan dari diadakan Festival Banjari karena “Festival Banjari sendiri sudah ada sejak tahun 2017 saat TRIF ditahun itu, sedangkan ditahun berikutnya yaitu 2018 tidak ada Festival Banjari, maka dari itu kami ingin menumbuhkan kembali Festival Banjari yang telah terhapuskan ditahun kemarin dan juga Al-Banjari merupakan salah satu musik yang sangat digemari di jawa timur dengan hadirnya habib syekh terutama sehingga masyarakat jawa timur menjadi cinta Al-Banjari dan sholawat”. Tambahnya.

Konsep dalam pemilihan kemenangan Festival Banjari yaitu ada 6 kriteria, juara 1, juara 2, juara 3, harapan 1, harapan 2, dan yang terakhir adalah jingle terbaik.


Fahrul santri Pondok Al- Khoziny Sidoarjo salah satu angota juara 1 mengatakan antusias saat ditanyai mengenai acara ini “saat mengikuti acara ini saya sangat senang cuma ada keraguan karena waktu penampilan fikiran tidak tenang dirasa terburu-buru saat menulis teks dan memanggil anggota dibawah yang sedang siap-siap untuk penampilan, akhirnya penampilan itu tidak sesuai dengan waktu latihan dan harapan kami. Banjari inikan merupakan musik yang harus berkelompok jadi untuk latihan itu harus kompak karena jika salah satu anggota tidak hadir bisa kesulitan, meskipun di awal saat mengumpulkan anggota untuk acara festival banjari kami mengalami kesulitan karena kekurangan personil”

“untuk kendalanya sendiri itu adalah biaya karena kami mengikuti ini bukan dibiayai oleh pondok kami tapi iuran dari masing-masing anggota karena dari kami sendiri ingin menghidupkan kembali musik banjari di pondok”. Imbuhnya

Kendala yang dirasakan oleh pantia acara festival banjari sendiri adalah dana, dana yang dibutuhkan sekitar 19 juta lebih sedangkan yang disediakan oleh dana DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) hanya 1 juta. Dan juga untuk tempat-tempat yang sedang direnovasi di kampus juga berimbas pada acara, karena yang awal seharusnya di cakra harus pindah tempat setelah acara sudah mendekati hari pelaksanaan tidak bisa digunakan karena renovasi tersebut. Tidak hanya disitu, untuk peserta di acara festival banjari ini kekurangan peserta. Menurut Penanggung Jawab dari festival banjari mengungkapkan “kami salah mengambil hari yaitu mengadakan  acara ini di hari aktif sehingga pelajar, orang yang sudah bekerja yang ingin mgiikuti Festival Banjari tidak bisa mendaftar”.

Acara tetap berjalan lancar meskipun panggung pentas dari Festival Banjari roboh karena diterpa oleh angin sebelum acara dimulai, dan akhirnya di pindahkan ke gedung Aula RKB-C. (Farhan/Indy)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda