Forum Kajian Ekonomi Islam (FORKIES) Mencetak Generasi Z Berkualitas
Diantara sunnah-sunnah yang dituntunkan oleh syariat Islam pada bulan Ramadhan adalah shalat Tarawih. Hadits-hadits Nabi yang mulia telah banyak yang menerangkan tentang keutamaan shalat tarawih tersebut.
Berkaitan dengan hal itu, terdapat sebuah hadits yang masyhur, khususnya di Indonesia, yaitu “30 keutamaan shalat tarawih” atau “keutamaan shalat tarawih per malam”. Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Al-Khubawi dalam kitab Durrotun Nashihiin, hal. 16 – 17. Apakah hadits itu shahih ? Bolehkah kita menyampaikannya di tengah-tengah kaum muslimin? Berikut ini sedikit bahasan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Indikasi-indikasi Kepalsuan Hadits
Perlu diketahui bahwasanya hadits yang mungkar dan palsu membuat hati penuntut ilmu menjadi geli dan mengingkarinya. Rabi’ bin Hutsaim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya hadits itu memiliki cahaya seperti cayaha di siang hari, sehingga engkau dapat melihatnya. Dan memiliki kegelapan seperti gelapnya malam, sehingga engkau mengingkarinya.” (al-Maudhuu’aat 605, Ibnul Jauzi rahimahullah)
Berikut ini beberapa indikasi atas palsunya hadits tersebut:
Pahala yang terlalu besar untuk amalan yang sederhana. Banyak keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam hadits di atas termasuk dalam kejanggalan jenis ini, misalkan pada lafadz “Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.”
Bahkan, yang lebih parah adalah seseorang bisa mendapatkan pahala sebanding dengan pahala para Nabi (keutamaan shalat tarawih malam ke-17). Hal tersebut mustahil terjadi, karena sebanyak apapun amalan ibadah manusia biasa, tentu dia tidak akan mampu menyamai pahala Nabi. Nubuwah merupakan pilihan dari Allah semata. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Hajj [22] : 75) (Lihat al-Manaarul Muniif hal. 55 – 105, karya Ibnul Qoyyim rahimahullah)
Tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad. Hadits tentang 30 keutamaan shalat tarawih di atas, tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad. DR. Lutfi Fathullah mengatakan, “Jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.” Hal tersebut mengindikasikan bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu. (Lihat Hadits-hadits Lemah dan Palsu dalam Kitab Durrotun Nashihiin, karya DR. Ahmad Luthfi Fathullah)
Pendapat para ulama dan penuntut ilmu
Lebih jauh lagi, apabila kita memperhatikan perkataan para ulama tentang hadits itu, tentu akan kita dapati mereka menganggapnya hadits palsu.
Al-Lajnah ad-Da’imah pernah ditanya tentang hadits tersebut, kemudian mereka menjawab,
كلا الحديثين لا أصل له، بل هما من الأحاديث المكذوبة على رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Hadits tersebut adalah hadits yang tidak ada sumbernya (laa ashla lahu). Bahkan, hadits tersebut merupakan kebohongan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Wal Ifta no. 8050, juz 4, hal 476-480. Ditanda tangani oleh Syaikh Abdul Azin bin Baaz sebagai ketua, Syaikh Abdurrazaq Afifi sebagai wakil, Syaikh Abdullah Ghuddayan sebagai anggota dan Syaikh Abdullah bin Qu’ud sebagai anggota)
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan DR. Lutfi Fathullah, dimana disertasi beliau meneliti kitab Durratun Nashihin. Beliau mengatakan:
Ada sekitar 30 persen hadits palsu dalam kitab Durratun Nashihin. Diantaranya adalah hadits tentang fadhilah atau keutaman shalat tarawih, (yaitu) dari Ali radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallaam ditanya tentang keutamaan shalat tarawih, (lalu beliau bersabda) malam pertama pahalanya sekian, malam kedua sekian, dan sampai malam ketiga puluh.
Bahkan Lora Ismail Al-Kholili Dalam ceramahnya selalu mengkritiki hal tersebut. “Kalau kalian ingin mencantumkan hadist itu di setiap malam bulan ramadhon tunjukkan satu saja sanadnya, tunjukkan satu saja rowinya un siapa un siapa un siapa, tidak ada. Saya pastikan itu hadist maudhu.”
Hadits tersebut tidak masuk akal. Selain itu, jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.
Sibukkan Diri Dengan Hadist Shahih
Setelah mengetahui lemahnya hadits tersebut, maka hendaklah para penulis dan penceramah meninggalkannya, karena dikhawatirkan akan masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits mutawatir :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang berdusta di atas namaku, maka siaplah tempatnya di dalam neraka.” [Riwayat al-Bukhari (107)]
Hendaklah mereka mencukupkan diri dengan hadits-hadits yang tsabit dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama kita mengatakan:
في صحيح الحديث شغل عن سقيمه
“Dalam hadits yang shahih terdapat kesibukan dari hadits yang lemah” (al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawi wa Adaabis Saami’ 1524, al-Khatiib al-Baghdaadi rahimahullah)
Tanggung jawab Dan Peranan Kita
Sebagai seorang mukmin yang cinta kepada Rasulullah SAW seharusnya bagi kita menjaga nama dan batang tubuh Rasulullah SAW daripada dicemari dengan pendustaan dan pemalsuan golongan yang tidak bertanggungjawab. Ini merupakan bukti cinta dan kasih kita kepada Rasulullah SAW sebagaimana sabda beliau:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya; “Tidak sempurna iman seseorang kamu sehingga dia kasih kepadaku lebih daripada dia kasih kepada ibubapanya, anakya dan manusia keseluruhannya.” [Riwayat al-Bukhari (15)]
Di samping itu juga, menjadi kewajipan kita semua sebelum membaca, menulis, mengajar, menyampai atau menyebarkan sesebuah hadith Nabi SAW perlulah dikenalpasti terlebih dahulu akan sumber dan status (hukum) hadith tersebut kerana bimbang dengan tidak menyatakan sumber dan hukum hadith akan terjerumus ke dalam ancaman Nabi SAW tersebut. Dengan cara ini, ia akan menjaga kesucian agama ini dan juga penyelewengan golongan-golongan yang ingin menghancurkan Islam.
Diantara Keutamaan Shalat Tarawih Dari Hadist Yang Shahih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Nawawi (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6:39)
Selain itu, beliau beliau juga pernah mengumpulkan keluarga dan para shahabatnya. Lalu beliau bersabda,
مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh” (HR. An-Nasai dan selainnya, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwa’ no. 447)
Hadith mawdhu’ (palsu) adalah merupakan peringkat hadith dhaif yang paling buruk sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas. Tambahan pula, hukum meriwayatkan hadith palsu adalah haram melainkan bagi menyatakan akan kepalsuannya dan akibatnya akan dicampakkan ke dalam neraka di akhirat kelak. Akhirnya, semoga dengan ringkasan ini dapat memberi sedikit kefahaman kepada kita terhadap apakah yang dimaksudkan dengan hadith palsu serta bagaimanakah cara ingin mengenalinya. Semoga Allah selalu melimpahkan karunai-Nya kepada kita semua, dan menjaga lisan-lisan kita dari perkataan dusta, apalagi berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a’lam.
"Jangan takut pada musuh yang menyerangmu. Berhati-hatilah pada teman palsu yang memelukmu."_Anonim
Selama Perang Dunia II, dunia penuh dengan intrik dan ketegangan. Banyak perang rahasia yang terjadi dibalik garis musuh, dan salah satu kisah yang menonjol seorang wanita yang memiliki satu kaki menjadi teman sekaligus mata-mata rahasia.
Kisah ini berfokus pada seorang wanita pemberani bernama Virginia Hall, seorang warga negara Amerika Serikat yang menjadi agen mata-mata untuk Organisasi Layanan Khusus (SOE) Inggris. Virginia memiliki kesulitan fisik karena kehilangan satu kaki akibat kecelakaan, tetapi semangatnya yang tak tergoyahkan dan kecerdikannya menjadikannya agen rahasia yang sangat efektif.
Virginia Hall memulai karier mata-mata rahasianya dengan menjadi teman dekat dengan para diplomat dan pejabat di negara-negara musuh. Dalam peran ini, dia mendapatkan akses ke informasi berharga tentang rencana militer musuh dan kelemahan mereka. Dengan kecerdikan dan keterampilan diplomatiknya, ia berhasil mengumpulkan data intelijen penting dan menyampaikannya kepada angkatan bersenjata Inggris.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pepatah lama yang mengatakan bahwa musuh terberat adalah mereka yang berada sangat dekat dengan kita. Pernyataan ini mungkin terdengar paradoks pada awalnya, namun ketika dilihat dari cerita diatas dan ditelaah lebih dalam, terdapat benang merah kebenaran yang tidak dapat diabaikan. Orang-orang yang dekat dengan kita, seperti teman, kerabat, bahkan kolega, memiliki akses dan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Akses dan pengaruh inilah yang, jika disalahgunakan, dapat berubah menjadi senjata paling mematikan.
Pertama, orang-orang dekat kita memahami kelebihan dan kekurangan kita dengan lebih baik. Mereka tahu apa yang membuat kita kuat, serta apa yang dapat meruntuhkan semangat kita dalam sekejap. Informasi ini, ketika digunakan dengan niat yang salah, dapat menjadi alat yang efektif untuk memanipulasi atau bahkan menghancurkan kita dari dalam.
Kedua, kepercayaan yang kita berikan kepada mereka menciptakan kerentanan. Ketika kita mempercayai seseorang, kita membuka diri kita kepada mereka, termasuk segala aspek kehidupan kita. Kepercayaan ini adalah sebuah kehormatan, namun juga merupakan senjata yang dapat digunakan melawan kita jika orang yang kita percayai memilih untuk berkhianat.
Ketiga, karena kedekatan emosional, serangan yang datang dari mereka sering kali tidak terduga dan oleh karena itu, lebih sulit untuk diantisipasi atau dipertahankan. Serangan dari musuh yang jelas identitasnya dapat kita antisipasi, namun serangan dari seseorang yang kita anggap sebagai teman atau keluarga dapat mengejutkan dan menyakitkan, meninggalkan luka yang jauh lebih dalam.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang yang dekat dengan kita akan berubah menjadi musuh. Kebanyakan orang di sekitar kita memiliki niat baik dan mendukung keberhasilan kita. Oleh karena itu, bukan berarti kita harus hidup dalam ketakutan dan paranoia terhadap orang-orang di sekitar kita. Sebaliknya, kita harus menjadi lebih bijaksana dalam memilih dengan siapa kita berbagi kepercayaan dan bagaimana kita mengelola hubungan tersebut.
Mengakui potensi bahaya tidak berarti kita harus menjauhi hubungan dekat, tetapi lebih kepada membangun kesadaran dan kewaspadaan. Penting untuk mengembangkan kemampuan membaca niat orang lain dan memahami batasan dalam setiap hubungan. Dengan begitu, kita dapat melindungi diri kita dari kemungkinan bahaya, sambil tetap terbuka terhadap kemungkinan membangun hubungan yang sehat dan mendukung.
Dalam konklusi, sementara musuh paling berbahaya memang bisa jadi orang yang paling dekat dengan kita, tidak semua hubungan dekat berakhir dengan pengkhianatan. Dengan kewaspadaan, kebijaksanaan, dan pemahaman yang tepat, kita dapat mengelola risiko ini dan tetap menjalin hubungan yang bermanfaat dan mendukung dalam kehidupan kita.