Rabu, 06 Juni 2018

PUISI: RAMADHANKU


Oleh: Siti Mahmudah Lutfiah Nur Azizah
Merindumu adalah debar paling menakjubkan
Menantimu bagai bintang yang setia pada rembulan
Bak orang jatuh cinta, itulah fasenya
Saat mendekat ingin merapat
Saat terdekap ingin tetap erat
Saat jauh hati terasa sendu
Padamu, yang memiliki kemuliaan
Mencintaimu adalah keberkahan
Ramadhanku, sungguh kami ingin bertemu
Bagi yang beriman, Ramadhan adalah kehilangan
Kehilangan terindah yang melegakan
Kehilangan hak melakukan kemaksiatan dan segala kemungkaran
Ramadhan adalah kerinduan
Manakala, tak bertemu selepas sebelas bulan berjauhan
Ramadhan adalah keharmonisan
Dimana, semua berkah Tuhan tercurah limpahkan
Ramadhan adalah kemuliaan
Disaat, pahala dilipat gandakan
Ramadhan mengajarkan sebuah keihlasan
Ikhlas berbagi, berbakti dan mengabdi pada Tuhan
Ramadhan datang, rahmat tuhan berbarengan
Perpisahan adalah sebuah kepastian, tetapi berpisah dengan Ramadhan adalah ketakutan, bahwa sebelas bulan mendatang tidak ada lagi kesempatan yang berhasil mempertemukan.

 Tentang penulis
Nama               : Siti Mahmudah Lutfiah Nur Azizah
Jurusan            : Ekonomi Syari’ah
Angkatan        : 2017
Wa                   : 085607744518

Label: ,

PUISI: RAMADHAN ISTIMEWA


Oleh: Zainullah
Untaian basmalah pada ramadhan berkah
Alasan rindu umatmu ini mengistimewakan kesucian ramadhan
Tanpa mendustakan dengan sisa rayuan syetan yang tertinggal
Kupijaki bulan suci yang mengarah pada suasana hati

Dentuman beduk yang tiap hari menjelma
Muadzin memproklamasikan alunan adzann.
Nuansa maghrib berhiaskan takjil disepanjang trotoar terbungkus senja,
Fatamorgana menguasai hari menjadikan ilusi. Hingga aku harus terbuai dalam mimpi.

Ya…….adzim ya…..adzim…..anta ilaahi, la….ilaahaghairu
Syair-syair ceria menjemput buka,

Nuzululul qur_an istimewa pada bulanmu
Lantunan syahdu bermuara pada lembar kitab suci,tadarus menyatu ilahi
Lipatan  pahala nyata menjadi harta. Sebagai bekal menuju syurga
Alunannya kian menembus masa masa namamu fitri

Pelupuk mata menyemai ilusi dalam lubuk sanubari
Tertindih mata ini hingga terbirit pada fajar tiba
Desir angin tanpa lambaian daun salju yang menggigil semu

Nawaitu shaum….
Lontaran niatku meresap pada lirih qolbu
Menunggu sayup-sayup pilu menentang hawa nafsu

Mengering bibir lautan hikayat menimpa rongga tak beraroma
Sepertiga malam kujaga malam ketetapan. Lailatul qodar.!


Nama               : Zainullah
Jurusan            :ekonomi syariah IIB
Angkatan        :2017

Label: ,

Keistimewaan Ramadhan Telah Sirna




Oleh: Moh. Rasyid


Ber-amallah bersama bulan suci Ramadhan sebelum keistimewaannya menjadi ilusi
Bulan Ramadhan sungguh adalah bulan yang penuh berkah. Artinya mendatangkan kebaikan yang banyak, kebaikan yang diperoleh umat muslim di bulan Ramadhan bisa meliputi ukhrowi dan duniawi

Siapa yang tak tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh akan keistimewaan serta keberkahan. Siapa yang belum mengakui atas keagungan-keagungan yang terkandung di dalam bulan Ramadhan. Dan siapa pula yang belum mendengarkan kabar gembira bahwa diawalnya terdapat banyak rahmat kemudian pada pertengahan saatnya Allah SWT mengampuni segala bentuk salah dan dosa manusia, hingga pada akhirnya Allah SWT membebaskan diri kita dari kepungan api neraka di penghujung bulan Ramadhan ini.

Bagaimana mungkin kita bisa mengingkari keistimewaan bulan Ramadhan, sementara bereuforia saja atas kedatangannya merupakan suatu ibadah dimana Allah SWT mengharamkan api neraka untuk menyentuh tubuh-tubuh kita. Subhanallah Ramadhan luar biasa.

Kita-khususnya kaum muslim secara bersama-sama telah mengakui keistimewaan bulan Ramadhan dari pada bulan yang lainnya. Terbukti sebelum dan sesudah bulan Ramadhan datang, kita kerap memasang perasaan bahagia tiada tara. Sebelum, kita gembira karena akan menyambut kedatangan suatu bulan yang mulia. Kemudian sesudahnya kita pun gembira karena akan merayakan hari kemenangan setelah satu bulan suntuk berperang melawan nafsu-nafsu yang senantiasa mengiming-imingi kita dengan keindahan duniawi yang menggiurkan. Walau pun pada akhirnya, kita harus bersimpuh-sedih karena berpisah dengan para mantan mungkin tak sesakit berpisah dengan bulan Ramadhan.

Pengakuan yang timbul dari diri manusia atas segala bentuk mutiara Ramadhan kemudian mengekspresikan sikap dan tindakannya selama satu bulan hidup bersamanya. Pengakuan yang baik (dari nurani) akan memancarkan kebaikan pula, sementara bilamana pengakuan tersebut hanya semu (dalam arti antonim) maka sudah barang tentu menimbulkan aroma negatif yang sebetulnya semakin menjauhkan diri manusia dari nilai estetika Ramadhan. Semuanya bergantung pada bagaimana sesungguhnya pengakuan kita terhadap satu bulan yang suci bernama Ramadhan.

Dalam keseharian di bulan Ramadhan, kerap kali kita menyaksikan orang-orang sekitar yang tampak bersusah payah menyucikan diri dengan amal-amal Sholeh. Perbuatan terpuji tersebut muncul oleh karena adanya energi positif yang menstimulasi diri kita agar senantiasa berlomba-lomba dalam meraih keberkahan Ramadhan.

Sebaliknya, tidak pernah jarang kita pun menyaksikan orang-orang yang justru sikap serta tindakannya sama sekali tidak mencerminkan keindahan wajah Ramadhan, sekalipun mereka sebetulnya menyadari betul akan keistimewaan bulan Ramadhan ini. Itu tidak lain karena disebabkan oleh pengakuan yang tidak substansial, pengakuan yang tidak dilatari oleh nurani yang tulus.

Betapa banyak dari kita ini yang dengan lantangnya meneriakkan keistimewaan bulan Ramadhan, tetapi pada kenyataannya kitalah yang justru congkak dalam keistimewaan itu sendiri. Betapa sering kita meng-update status seputar Ramadhan melalui Facebook, WhatsApp, Twitter, LINE dan yang lainnya dari Sosial Media. Namun sayang, pada prakteknya konten sebijaksana tersebut tidak bisa kita tuangkan ke dalam tindakan nyata.

Betapa ruginya diri ini ketika hanya bisa berkata lantang tentang keistimewaan Ramadhan namun seringkali mengabaikannya dalam amalan. Bukankah hal tersebut jelas-jelas tidak diperbolehkan dalam dogma Agama kita? Betul memang, Islam menganjurkan agar pemeluknya senantiasa menyerukan nilai-nilai kebaikan sekaligus praktek atau pengamalannya.

Jika sudah demikian buruk adanya, lantas kemanakah keberkahan bulan Ramadhan yang sejak hulu hingga hilir kita serukan mati-matian itu? Akankah ia sirna begitu saja dari pandangan mereka yang hanya pandai beretorika dan bombastis? Na'udzubillahi min dzalik, katakan kebenaran walau sebetulnya itu pahit.

Ramadhan kini telah tiba kembali setelah 11 (sebelas) bulan meninggalkan kita semua. Bulan yang kita nanti-nantikan, bahkan siapa sangka kita bakal menjumpainya kembali di tahun ini, ternyata ia telah bersimpuh-pasrah dihadapan kita dengan raut wajah manis nan jelita.

Bagaimana seharusnya kita menyikapi bulan suci Ramadhan, serta apa sebetulnya yang kita harapkan dari padanya?
Tentu pembaca yang budiman sudah begitu banyak mendapatkan ilmu pengetahuan yang mengajarkan tatacara meraih kebaikan. Bahwa kebaikan hanya dapat diraih dengan kebaikan pula. Mustahil ia datang tanpa ada upaya-upaya baik yang kita lakukan. Upaya baik yang dimaksud adalah yang baik dalam pandangan manusia, serta baik disisi Allah SWT.

Sehingga sampai pada titik akhir, yaitu setelah berpisah dengan bulan Ramadhan kita akan memetik buah-buahannya. Artinya, berhasil tidaknya ibadah kita selama bulan Ramadhan tidak cukup hanya diukur saat Ramadhan berlangsung saja, justru sesudah kita melewatinya hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan seterusnya.

Jika sesudah Ramadhan kita menjadi lebih baik dari pada sebelumnya, sangat mungkin kebaikan-kebaikan bulan Ramadhan telah merasuki jiwa-raga kita untuk selama-lamanya. Namun jika sebaliknya yang terjadi, jangan-jangan selama bulan Ramadhan kita tidak pernah berupaya untuk meraih kebaikan itu, sehingga nilai estetika Ramadhan menjadi ilusi yang tidak bisa diwujudkan dengan cara apapun. Semoga pembaca yang budiman pada khususnya, dan umat muslim pada umumnya mendapatkan benih-benih keistimewaan bulan suci Ramadhan.

Tentang Penulis:
Oleh: Moh. Rasyid
Judul: Keistimewaan Ramadhan Telah Sirna
Penulis adalah mahasiswa Hukum Bisnis Syariah semester akhir (8), kelahiran kota Sumenep-Madura.

Label:

Minggu, 03 Juni 2018

SEMAR TINGKATKAN KUALITAS LEWAT SERASEHAN DAN STUDI BANDING



Bangkalan, untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam kesenian, meningkatkan kreativitas dan juga menjalin silaturahim antar “pekerja seni”, UKMF SEMAR adakan studi banding dan sarasehan ke UKMF SUA, unit kegiatan mahasiswa di bidang kesenian yang berada di bawah naungan Fakultas Dakwah Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Acara dilaknakan di Sekretariat UKMF SUA dengan tema “Sarasehan Kesenian Islami: Antara Budaya, Religi, Dan Kesenian”, Kamis (31/05).

M. Hafidz Azharudin selaku ketua pelaksana acara ini mengatakan
“Dalam acara ini saya merasakan berbagai hal. Ada senangnya, ada sedihnya, dan ada susahnya. Saya senang karena kita kesini sharing hearing dengan UKM seni lain di negeri seberang, susahnya  saya ketemu dengan orang-orang yang membuat saya capek mulai dari persiapan acara sampai saat kita tiba disini. Dan sedihnya saya harus ngelembur tugas kuliah biar tidak ada tanggungan”. Pungkasnya sambil tertawa.

“Acara dimulai dengan buka puasa bersama lalu dilanjutkan dengan sarasehan dan diskusi yang membahas tema acara ini. Setelah itu kita diajak teman-teman UKMF SUA safari kesenian di sekitar UINSA untuk mengenal UKM-UKM lain yang ada disana” tambahnya.

Acara tersebut diikuti oleh kurang lebih 50 peserta baik dari pihak UKMF SEMAR maupun UKMF SUA sebagaimana yang disampaikan oleh ketua umum UKMF SEMAR, Walda Hanahani.
“Untuk acara ini kita lebih kepada tour seni daripada studi banding karena sebenarnya kita sudah dikenal dan sering kumpul dengan UKM seni dalam kampus jadi kita berinisiatif untuk mencoba keluar kampus. Selain itu kita juga kita sering dapat undangan-udangan dari pihak luar baik dari Malang, Pamekasan, dan UKM seni lainnya dimana dari sana kita udah banyak banget dapet ilmu dan kenalan baru jadi tour seni ini diadakan agar kekeluargaan kita lebih erat mengingat saya sendiri pun saat mendatangi undangan dari pihak luar itu masih malu-malu. Nah dari acara ini kita bisa tahu gimana ngobrol lebih dekat secara face to face dengan UKM kesenian lain gitu”. Jelas Walda saat ditanyai mengenai mengapa harus mengadakan studi banding ini.

“Kenapa kita mengangkat tema ini karena biasanya orang berfikir bahwa seni itu bebas dan bisa mengekspresikan diri kita sesuka hati kita. Nah, dalam hal ini kita batasin dengan kata religi dengan maksud menunjukkan identitas kita sebagi UKM seni yang berada dalam naungan Fakultas Keislaman yang berarti seni kita itu berbeda dari seni pada umumnya, seni kita adalah seni yang islami. Selain itu juga kita bisa belajar tentang bagaimana sebenarnya seni jika dikolaborasikan dengan unsur religi ” tambahnya saat ditanya mengenai maksud dari tema yang diusung untuk acara ini.

Muhammad Wildan selaku Gubernur UKMF SUA saat diwawancarai terkait kesan-kesan mengenai acara ini mengatakan 
“Saya senang, karena sekret SUA bisa ramai. Dan juga saya mengucapkan terimakasih kepada temen-temen dari SEMAR karena semakin banyak yang main-main ke sanggarnya SUA dan kita membuka pintu sangat lebar kalau teman-teman SEMAR mau berkunjung lagi sehingga tidak putus berhenti disini saja. Dan semoga dengan acara ini kesenian secara umum dapat berkembang lagi khususnya di wilayah Jawa Timur seperti di bidang kompetisi agar daya saingnya bisa berkembang lagi”.

Setelah sholat subuh sekitar pukul 05.00 anggota UKMF SEMAR beranjak meninggalkan UINSA kembali ke UTM dengan harapan bisa menerapkan semua ilmu yang didapatkan setelah melakukan studi banding atau tour kesenian ini.

Reporter: Kangmus
Editor: Mesky

Label: ,

Sabtu, 02 Juni 2018

GELAR SHARING HEARING DAN BUBER HIMAHISYA HARAPKAN HBS MAKIN SOLID



Bangkalan, Departemen PSDM Himpunan Mahasiswa Hukum Bisnis Syariah Fakultas Keislaman Universitas Trunojoyo Madura gelar sharing hearing dan buka bersama untuk mempererat kekeluargaan mahasiswa hukum bisnis syariah, acara diselenggarakan di Aula RKB-C. Jumat, (01/06).

Acara yang mengusung tema “Menyatukan Hukum Bisnis Syariah Dalam Bentuk Ukhuwah” dipandu langsung oleh Junaidi Pondianto selaku alumni sekaligus mantan ketua Himahisya periode 2015

Sulalatin Nadhifah selaku penanggung jawab acara menyampaikan
“Acara ini sudah kami siapkan 1 minggu sebelumnya, kemudian kami mengumpulkan setiap komting untuk meminta masukan dan mereka menganjurkan kita untuk mendatangkan alumni sebagai pembicara atau pemotivatornya”

“Awalnya kita ingin acara ini santai dan dilaksanakan ditaman, namun karna ada kendala jadi kita pindah ke Aula. Kami berharap dengan adanya acara ini mahasiswa Hukum Bisnis Syariah lebih solid, kompak dan lebih maju serta antar angkatan lebih akrab dan selalu menjaga silaturrahim” tambahnya.


Muizul Umam selaku Ketua Himahisya saat diwawancarai menyampaikan
“Kita mengadakan acara ini berangkat dari kurangnya hubungan kekeluargaan antar pengurus Himahisya serta kurangnya silaturahim antar angkatan yang ada di prodi ini. Makanya kita mendatangkan alumni yang memang lebih faham terkait organisasi dan juga lebih lama berada di HBS ini”

“Kita berharap dengan diundangnya alumni HBS teman-teman bisa bertanya tentang HBS, khususnya terkait probematika yang ada di organisasi serta masalah mahasiswa yang lain, sehingga bisa tercapai hubungan yang erat dan HBS lebih maju kedepan” tutupnya.

Dengan terlaksananya acara tersebut semua mahasiswa diharapkan membangun hubungan yang baik sehingga HBS tidak lagi dipandang sebelah mata, bahkan menjadi sorotan mata.

Reporter: Fitri


Label:

Jumat, 01 Juni 2018

Buletin Edisi 1 Ramadhan Istimewa Tahun 2018




Label: ,